Manfaatkan Bisnis Lewat FOMO, Kenali Dampaknya Secara Psikologis
Keunikan saat berbisnis selalu menjadi tolak ukur tingkat keramaian, kata FOMO sering kali menjadi panggilan akrab bagi orang-orang yang mengikuti sesuatu hal yang baru dan viral. Namun banyak juga yang tak mengetahui ternyata kata ‘FOMO’ itu bisa dikategorikan dalam penyakit mental.
A. Pengertian FOMO
Fomo atau fear of missing out, dapat didefinisikan sebagai takut ketinggalan atau takut kudet dan juga merupakan perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan yang sedang terjadi, hal ini biasanya sering disebabkan karena unggahan di media sosial.
Selain itu kata FOMO juga memiliki pandangan dari dua aspek diantaranya rasa takut dan aspek sosial. Pertama, aspek takut kehilangan yang ditandai dengan perilaku untuk berusaha tetap terhubung dengan orang lain. Kedua, aspek sosial, yaitu FOMO yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memiliki dan pembentukan hubungan antarpribadi yang kuat.
2. Dampak FOMO dengan Psikologis
Rasa cemas dan takut tentu menjadi dasar perilaku dan kebiasaan seseorang yang berpengaruh akibat tatanan sosial sehingga secara psikologi rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan mental seseorang.
Termasuk halnya Fomo yang dapat menimbulkan cemaskan dan ketergantungan secara berlebihan. FOMO dikaitkan dengan efek psikologis negatif dalam suasana jiwa secara keseluruhan dan kepuasan hidup secara umum. Selain itu, FOMO juga dapat menyebabkan kelelahan yang lebih tinggi.
Sehingga jika mengalami FOMO secara terus-menerus sepanjang waktu juga dapat menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi. Seorang yang memiliki rasa takut kehilangan juga dapat berpikir bahwa tingkat harga diri lebih rendah.
Ketakutan akan kehilangan momen akan berdampak pada rendahnya kesejahteraan psikologis. Penderita ketakutan akan kehilangan momen cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang bernilai negatif.
Hal ini karena ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran yang ditimbulkannya membuat individu tidak mampu untuk menguasai lingkungan. Selain itu, seseoarang juga menjadi tidak mampu menjalin interaksi sosial yang positif dengan orang lain dan tingkat penerimaan atas dirinya sendiri menjadi rendah.
Ketakutan akan kehilangan momen juga meningkatkan intensitas penggunaan media sosial. Peningkatan ini menandakan terjadinya kecanduan media sosial.
C. Anak Medan Suka FOMO
Seperti yang terlihat di sosial media keunikan selalu menggait masyarakat kota Medan untuk terus mencicipi hal baru yang sedang ramai diperbincangkan. Salah satu pengalaman yang menurut saya anak Medan menyukai hal fomo ketika saya mengunjungi salah satu cafe yang baru saja mengeluarkan produk barunya berupa puding berbentuk karakter.
Secara umum puding merupakan hal yang biasa dan bisa dibuat oleh siapa saja, namun ketika melihat dimedia sosial saya melihat banyak yang tergiur dan berujung Fomo dan rela membayar dengan harga yang menurut saya tidak wort it tapi hal tersebut menjadi suatu kewajiban bagi mereka untuk mencicipnya secara langsung.
Bukan menjadi hal pertama orang-orang melakukan itu dan bukan juga hanya anak Medan. Namun nyatanya banyak bisnis yang berjalan karena FOMO. Memanfaatkan situasi FOMO saat ini sangat membuka pikiran kreatif para pembisnis dengan memanfaatkan era digital.
0 komentar:
Posting Komentar